Partisipasi siswa atau mahasiswa merupakan hal yang sangat berarti dalam kegiatan pembelajaran. Sebab, hal tersebut merupakan salah satu indikasi tercapainya kesuksesan kegiatan belajar mengajar. Semakin tinggi partisipasi siswa, maka semakin tinggi pula tingkat tercapainya kesuksesan pembelajaran.
Dalam kelas tatap muka, partisipasi siswa dapat diukur dengan cukup mudah, yaitu menilai secara langsung keterlibatan setiap individu dalam seluruh proses pembelajaran. Namun, dalam sebuah kelas virtual dimana pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan layar komputer atau telepon pintar yang terkoneksi dengan internet, partisipasi siswa menjadi sesuatu yang menantang untuk diukur. Sebab, indikator pengukurannya lebih kompleks dan tidak dapat disamakan dengan pembelajaran tatap muka. Selain itu, banyak juga ditemukan keluhan bahwa “layar” seolah menjadi penghalang para peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kelas pembelajaran jarak jauh. Padahal partisipasi siswa merupakan hal yang penting untuk mencapai pembelajaran bermakna dan berkualitas tinggi. Oleh sebab itu, diperlukan strategi untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran virtual ini.
Hrastinski dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “A Theory of Online Learning as Online Participation” memaparkan bahwa partisipasi peserta didik dalam pembelajaran online:
- merupakan sebuah proses yang kompleks untuk terlibat dan mengambil bagian dalam seluruh kegiatan pembelajaran serta menjaga hubungan dengan orang lain yaitu guru dan teman sekelas
- didukung oleh peralatan atau media fisik (seperti komputer, telepon pintar, jaringan internet, software pembelajaran online) dan psikologi (berupa bahasa yang digunakan oleh guru dalam proses penyampaian materi maupun motivasi untuk personal siswa)
- tidak terbatas pada kegiatan berbicara dan menulis saja, melainkan juga kegiatan berpikir dan membangun pemahaman atau pengetahuan dari materi yang dipelajari dan dari seluruh kegiatan pembelajaran
- dapat melibatkan interaksi dan kolaborasi antarsiswa
Definisi tersebut mendukung Teori Konstraktivisme bahwa belajar adalah proses mengkonstrak atau membangun pengetahuan sehingga peran guru bukanlah mentransfer ilmu pengetahuan secara langsung. Tugas guru adalah mendukung dan memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dan membangun pengetahuannya sendiri. Dalam hal ini belajar dipandang sebagai sebuah aktivitas sosial di mana peserta didik juga perlu berinteraksi dan berkolaborasi dengan orang lain dalam mengkonstrak pengetahuan khusunya terkait materi yang sedang dipelajari. Interaksi tersebut dapat berupa diskusi, memecahkan masalah atau kasus terkait materi pembelajaran, brainstorming, mempresentasikan ide, dll. Artinya, peserta didik harus benar-benar terlibat secara penuh dan aktif dalam desain pembelajaran yang telah dibuat oleh guru.
Dengan demikian, untuk memfasilitasi peserta didik dalam membangun pengetahuan sekaligus menarik minat mereka dalam berpartisipasi aktif dalam seluruh kegiatan pembelajaran online, diperlukan beberapa strategi yang akan dipaparkan dalam penjelasan berikut.
Strategi untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa
Hand Signals dalam Diskusi Kelas
Diskusi adalah salah satu startegi yang sangat direkomendasikan untuk memacu peserta didik berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Namun, diskusi dalam hal ini sebaiknya tidak sekedar kegiatan tanya jawab konvensional mengenai sebuah topik tertentu. Guru atau fasilitator dapat merancang kegiatan diskusi yang menyenangkan sehingga lebih menarik untuk diikuti.
Untuk merancang sebuah kegiatan diskusi dalam pembelajaran, hal pertama yang harus dilakukan oleh guru atau fasilitator adalah menentukan tujuan dan target dari diskusi tersebut. Misalnya, tujuanya adalah untuk memfasilitasi siswa membangun konsep pengetahuan mengenai materi yang dibahas. Targetnya, misalnya, setiap peserta didik berbicara dan menyampaikan pendapat mengenai topik yang sedang dibahas dan mampu membuat kesimpulan yang baik dan benar dalam refleksi di akhir diskusi.
Setelah itu, guru atau fasilitator dapat membuka diskusi dengan memaparkan sebuah persoalan. Kemudian, untuk menentukan orang pertama yang harus memberikan tanggapan, guru bisa menggunakan aplikasi yang dapat memilih nama peserta didik secara random, misalnya aplikasi Random Name Generator. Hal ini mungkin sebenarnya sederhana. Namun, bagi peserta didik akan memberikan efek berkesan dan menarik. Lalu, setelah orang pertama terpilih dan berbicara, peserta didik lainnya dapat berpartispasi dengan menyanggah, menambahkan, setuju, dan lain sebagainya dengan menggunakan hand signal atau aba-aba tangan seperti pada gambar di bawah ini.
Biasanya para peserta didik pun akan antusias mencoba menerapkan hand signal sehingga pada akhirnya mereka termotivasi untuk mau berpartisipasi dalam diskusi. Dalam konteks pembelajaran online, hand signal ini akan lebih efektif digunakan apabila pembelajaran dilaksanakan menggunakan media video conference. Semua anak diwajibkan menyalakan kamera masing-masing sehingga akan lebih mudah untuk mengetahui siapa yang telah menggunakan hand signal untuk berpartisipasi dalam diskusi atau kegiatan pembelajaran.
Think-Pair-Share Online
Peran dan keefektifan strategi pembelajaran Think-Pair-Share sudah banyak diteliti oleh para penggiat dunia pendidikan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa strategi ini memberikan optimalisasi kesempatan kepada peserta didik sekitar delapan kali lebih banyak untuk menunjukkan partisipasinya.
Strategi Think-Pair-Share dapat diadopsi menjadi kegiatan dalam pembelajaran virtual. Ada beberapa desain yang dapat dilakukan, diantaranya adalah dengan menggunakan media video konferensi. Pada kali ini aplikasi video konferensi yang akan dibahas adalah Zoom.
Untuk menerapkan think-pair-share online, pertama, guru sebagai host dapat melakukan pertemuan Zoom seperti biasa. Selanjutnya, guru memberikan pengantar dan menggali background knowledge peserta didik terkait materi yang akan dipelajari. Lalu, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 siswa. Kemudian, setiap kelompok diberi topik atau permasalahan yang harus diselesaikan.
Setelah itu, guru memasukkan kelompok2 tersebut kedalam breakout room (fitur dalam Zoom yang dapat digunakan oleh host untuk membagi pertemuan menjadi beberapa ruang kecil untuk diskusi kelompok). Awalnya setiap kelompok diskusi terdiri dari 2 orang (pair) untuk mendiskusikan topik yang mereka peroleh, kemudian akan dikembalikan kedalam kelompok yang terdiri dari 4 orang untuk melakukan diskusi lebih lanjut dan mengambil kesimpulan.
Setelah selesai, kelompok-kelompok tersebut Kembali ke kelas besar dan perwakilan dari setiap kelompok membagikan hasil diskusi mereka. Anggota kelompok lain boleh memberikan tanggapan sehingga diskusi akan terjadi dan mereka memperoleh pemahaman yang baik terkait seluruh topik yang diberikan kepada setiap kelompok.
Gallery Walk Virtual
Virtual gallery walk dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satu cara paling sederhana adalah dengan menggunakan media sosial seperti instragram. Pertama, guru memberikan tugas kepada peserta didik. Tugas tersebut harus dikerjakan dalam bentuk poster atau video. Setelah itu peserta didik mengunggah tugas tersebut ke dalam akun Instagram masing-masing. Setiap siswa harus mengunjungi unggahan teman-temannya dan meninggalkan komentar yang sesuai dengan isi unggahan. Dengan konsep bermain media sosial, biasanya peserta didik akan sangat tertarik dan termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran ini.
Selain itu, virtual gallery walk juga bisa dilakukan dengan menggunakan kolaborasi Zoom dan Shared Google documents. Sebelum kelas dimulai, guru perlu menyiapkan topik (dapat berupa teks , pertanyaan, maupun gambar) untuk setiap kelompok, simpan setiap topik dalam Google doc dengan nomor yang berbeda. Setelah menjelasakan peraturan kepada semua peserta didik, kemudian setiap siswa dibagi kedalam beberapa kelompok menggunakan breakout room. Setiap kelompok membahas 1 topik. Guru mengunjungi setiap kelompok untuk memastikan mereka memiliki pemahaman atau konsep yang benar terkait topik masing-masing. Setelah diskusi selesai, kemudian siswa akan dikelompokkan ulang sehingga bertemu dengan teman-teman dari kelompok lain. Kegiatan tersebut masih dilakukan dalam breakout room. Setiap siswa dalam kelompok baru adalah perwakilan dari kelompok awal. Tugas mereka adalah mempresentasikan hasil diskusi kepada teman-teman mereka yang mulanya berbeda kelompok. Pengelompokan ulang ini dapat dilakukan beberapa kali sehingga setiap siswa mendapat penjelasan mengenai semua topik dari teman-teman mereka.
Kegiatan gallery walk ini merupakan kegiatan yang sangat engaging, aktif, dan memacu kemampuan berpikir kritis. Kegiatan untuk membangun pemahaman dan konsep pengetahuan juga dilakukan dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Setiap siswa selalu memiliki peran dan tanggung jawab untuk membuat siswa lain paham akan materi yang ia diskusikan dalam kelompok awal dan juga bertanggung jawab untuk membuat dirinya memahami topik di kelompok lain melalui penjelasan dari teman-teman perwakilan kelompok lain. Mau-tak mau, mereka akan termotivasi untuk melibatkan diri secara aktif dalam gallery walk ini.
Diskusi Spider Web
Diskusi spider web merupakan sebuah strategi yang dapat melatih peserta didik menjadi pemimpin dalam diskusi. Strategi pembelajaran ini dipaparkan secara lengkap dalam sebuah buku berjudul “The Best Class You Never Taught” yang ditulis oleh Alexis Wiggins. Guru hanya berperan sebagai pemantau diskusi dan mengarahkan peserta didik melakukan refleksi di akhir pembelajaran.
Diskusi spider web dapat dilakukan dengan pembelajaran online model synchronous menggunakan aplikasi video konferens. Sebelum kelas dimulai, siswa menyelesaikan tugas secara individu yang diberikan oleh guru. Lalu, mereka menyampaikan hasil pekerjaan mereka di awal mulainya kelas sebagai bahan diskusi yang lebih luas dengan semua anggota kelas. Sambil mendengarkan diskusi, guru dapat menggambar garis dan menyambungkan alur pembicaraan sehingga menghasilan spider web, contohnya seperti gambar di bawah ini.
Di akhir pembelajaran, guru dapat menunjukkan spider web tersebut dan meminta peserta didik melakukan refleksi terkait pembahasan dalam diskusi mereka.
Kesimpulan
Kegiatan belajar sebaiknya menjadi proses bagi peserta didik untuk membangun pemahaman dan konsep terhadap pengetahuan melalui pengalaman dan interaksi atau kolaborasi yang mereka lakukan. Desain pembelajaran harus dibuat agar memungkinkan sisa melakukan hal tersebut. Ini menunjukkan bahwa setiap siswa harus berpartisipasi dalam seluruh kegiatan pembelajaran. Partisipasi siswa merupakan salah satu indikasi penting tercapainya pembelajaran yang bermakna dengan kualitas yang baik. Namun dalam pembelajaran online banyak ditemukan keluhan mengenai sulitnya siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian perlu dilakukan beberapa strategi pembelajaran untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Strategi yang dapat dilakukan antara lain adalah hand-signal dalam diskusi, think-pair-share online, gallery walk virtual, dan diskusi spider web.